Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Gelar Akademik Teologi dan Keabsahan Berbicara Tentang Tuhan. Fenomena dalam Pendidikan Teologi

Academic Degree of Theology and Talking Validity About God  Jika saya melihat ini dalam konteks agama, khususnya dalam praktik pendidikan agama Kristen, maka dalam konteks PL, nabi memperoleh dan mendasarkan legalitas bicaranya pada pesan Tuhan atau keabsahan bicara nabi dalam tradisi kenabian didasarkan, "Tuhan berfirman". Maka semua yg mendengar menerimanya dan melakukannya. Jaminan keabsahan pesan ternyata tidak hanya semata-mata pada isi pesan melainkan pada kepribadian nabi. Kedua hal ini akan mengkarakterisasikan apakah nabi yang bernubuat nabi palsu atau nabi "tenanan-istilah Jawa, meski bukan yang halus". Dalam PB, para rasul berbicara karena menyampaikan pesan dan menerima panggilan. Jadi, legalitas bicaranya berdasarkan pesan yang diterima dan ditandai oleh kepribadian yang sejalan (konon dalam PL, ada sekolah nabi; untung pengalaman dan tradisi ini tidak diteruskan, saya sulit mwmbayangkannya jika ada). Bagaimana dengan sekarang

https://boiliu.wordpress.com/2015/05/19/landasan-teoritik-healing-ministry/

Pacman from below and do something for the others

Gambar

Mayweather vs Pacquiao

Sprinter vs boxer

MEGALOMANIAK DAN EGOMANIAK SEBAGAI “PARANOID DISORDER” BAGI PEMIMPIN KRISTEN

MEGALOMANIAK DAN EGOMANIAK SEBAGAI “PARANOID DISORDER” BAGI PEMIMPIN KRISTEN [1] Noh Ibrahim Boiliu Abstract:   This research aims to reveal about John the Baptist as the leadership is not paranoid disorder. This study used hermeneutic approach . These results indicate that John is not the megalomaniac leader and egomaniac as paranoid disorder as shown by the attitude of John the Baptist in the Gospel of John 3:30 . As a result, when comparing the personality of John the Baptist with Christian leaders today there is a tendency on the megalomaniac and egomaniacal as paranois disorder. A bstrak: Penulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang Yohanes Pembaptis sebagai pemimpinan yang tidak paranoid disorder. Penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis bukan pemimpin yang megalomaniak dan egomaniak sebagai paranoid disorder seperti yang ditunjukkan melalui sikap Yohanes Pembaptis dalam Injil